“Dari sudut pandangan manusia, perkawinan ini,
sekalipun bertentangan dengan ajaran-ajaran hukum Allah, nampaknya mendatangkan
berkat; oleh karena permaisuri Salomo yang kafir ini bertobat dan bersatu
dengan dia dalam berbakti kepada Allah yang benar. Apalagi Firaun menunjukkan
setia kawannya kepada Israel oleh merebut Gezer, membunuh ‘orang-orang Kanaan
yang diam di kota itu,’ lalu memberikan kota itu ‘sebagai hadiah kawin kepada
anaknya, istri Salomo.’ 1 Raja-Raja 9 : 16. Salomo membangun kembali kota itu
dan dengan demikian menambah kebesaran kekuatan kerajaannya sepanjang pantai
Laut Tengah. Tetapi dalam menjalin suatu persekutuan dengan bangsa kafir, dan
memeteraikan perjanjian itu oleh perkawinan dengan seorang putri penyembah
berhala, Salomo dengan gegabah tidak menghargai jaminan kebijaksanaan yang
Allah telah buat untuk mencapai kesucian umat-Nya. Harapan bahwa istrinya orang
Mesir itu mungkin bisa bertobat hanyalah suatu dalih yang lemah terhadap dosa.”
“Salomo memuji dirinya sendiri bahwa hikmat dan
kuasa teladannya akan memimpin istri-istrinya dari penyembahan berhala ke
penyembahan akan Allah yang benar, dan bahwa ikatan-ikatan juga akan menarik
bangsa-bangsa luar untuk berhubungan erat dengan Israel. Pengharapan yang sia-sia!
Kesalahan Salomo yang fatal ialah menganggap dirinya cukup kuat untuk menolak
sendiri pengaruh orang kafir yang menjadi sekutu-sekutunya. Dan lebih fatal
lagi, ialah penipuan yang memimpin ia berharap meskipun bagian yang
dikerjakannya tidak menghormati Allah, tetapi ada orang lain yang nanti
memuja-muja dan menurut perintah-perintah yang kudus itu.” (Prophets and Kings, p. 53) [Alfa
dan Omega, Jilid 3, hal. 41-43]
“Umat Allah sekali-kali jangan mencoba berpijak di
tempat yang terlarang. Perkawinan antara orang percaya dan orang yang tidak
percaya dilarang oleh Allah. Tetapi terlalu sering hati yang belum bertobat
mengikuti kerinduannya sendiri, dan terjadilah perkawinan yang tidak diperkenankan
Allah. Itulah sebabnya banyak pria dan wanita hidup tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dunia ini. Cita-cita mereka yang mulia sudah mati! Oleh rantai keadaan
mereka tertangkap dalam jaring Setan.” (Adventist
Home, p. 62) [Nasihat Bagi Sidang,
hal. 251]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar